Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 129 - 131
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 129 – 131 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan RodjaTV pada Selasa, 5 Rabbi’ul Awwal 1440 H / 13 November 2018 M.
Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 129 – 131
Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 129, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿١٢٩﴾
“Ya Rabb kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al-Hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah[2]: 129)
Pada kajian sebelumnya telah kita ambil beberapa faidah, sekarang kita akan masuk faidah yang ke-4. Yaitu:
Keempat, ayat ini menunjukkan bahwa risalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mencakup penyebutan ayat-ayat Allah. Baik ayat-ayat yang bersifat kauniyah ataupun ayat-ayat yang bersifat syar’iyah. Ayat kauniyah seperti perintah-perintah Allah untuk memperhatikan penciptaan langit dan bumi dan apa yang Allah ciptakan, pergantian siang malam dan juga yang lainnya. Ayat-ayat syar’iyah yaitu yang Allah turunkan berupa Al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Risalah Nabi juga mengajarkan Al-Qur’an baik membaca ataupun memahaminya secara makna. Juga mencakup hikmah (rahasia-rahasia syariat). Dan hikmah adalah perkara yang tidak mungkin Allah melakukan sesuatu tanpa hikmah. Semua yang Allah lakukan pasti ada hikmah. Terkadang kita tahu, terkadang kita tidak tahu. Yang jelas tidak mungkin Allah berbuat tanpa hikmah. Sebab jika Allah berbuat tanpa hikmah, artinya Allah melakukan yang sia-sia. Dan itu tidak mungkin bagi Allah. Tidak ada perbuatan Allah yang sia-sia.
Risalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengandung pensucian makhluk dari dosa. Karena syarat untuk masuk surga adalah bersih dari dosa. Selama masih ada dosa, tidak akan bisa masuk surga kecuali disucikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Kelima, apa yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa syariat, tujuannya adalah mensucikan akhlak dan membersihkan dari sesuatu yang tidak baik. Ayat ini bersifat umum. Yaitu mensucikan akhlak, ibadah, aqidah, muamalah, ataupun hati. Oleh karena itu manhaj dakwah tidak lepas dari dua hal. Yaitu tasfiyah (pembersihan) dan tarbiyah (pembinaan). Demikian pula para Nabi. Yang mereka lakukan adalah untuk membersihkan. Membersihkan aqidah dari kesyirikan, membersihkan ibadah dari kebid’ahan, membersihkan akhlak dari yang tidak baik, dan seterusnya.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang untuk mensucikan akhlak-akhlak kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Al-Bukhari)
Keenam, syariat Islam ini sempurna. Karena risalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencakup hal-hal yang disebutkan di atas.
Simak dan Download MP3 Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 129 – 131
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45211-tafsir-surat-al-baqarah-ayat-129-131/